‘Amr telah belasan tahun menjadikan silat lidahnya sebagai senjata paling mematikan bagi da’wah Sang Nabi. Lalu setelah hari Hudaibiyyah yang menegangkan itu, hidayah menyapanya. Dia, bersama Kholid Ibn al-Walid dan ‘Utsman ibn Tholhah menuju Madinah menyatakan keislaman. Mereka disambut senyum Sang Nabi, dilayani bagai saudara yang dirindukan, dimuliakan begitu rupa. Bagaimanapun, ‘Amr merasa hanya dirinya …